Karupuak Sanjai, Keripik Renyah Menggoda Khas Bukittinggi
Bertandang
ke Bukittinggi tidak lengkap rasanya tanpa berfoto di sekitar Jam
Gadang yang telah menjadi ikon kota ini. Tapi sekedar membawa foto saja
tentu tidak akan cukup sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan rekan-rekan
di daerah asal. Sedikit cemilan khas asal kota sejuk ini pastinya akan
memberi kesan yang lebih untuk mereka. Dari sekian banyak pilihan
kuliner khas, karupuak sanjai mungkin layak menjadi pilihan utama untuk
Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh khas dari Bukittinggi.
Meski masyarakat setempat menamakannya karupuak, penganan ini sebenarnya berwujud keripik berbahan baku singkong. Karupuak sanjai secara umum terbagi menjadi tiga jenis, tawar tanpa bumbu berwarna putih, asin berwarna kuning, dan berbumbu pedas atau yang populer disebut dengan keripik balado.
Di antara ketiga jenis keripik ini, keripik balado adalah jenis yang paling populer dan dianggap paling khas karena rasanya yang pedas manis. Karenanya, terkadang orang salah kaprah dan menganggap keripik sanjai adalah keripik jenis balado.
Meski masyarakat setempat menamakannya karupuak, penganan ini sebenarnya berwujud keripik berbahan baku singkong. Karupuak sanjai secara umum terbagi menjadi tiga jenis, tawar tanpa bumbu berwarna putih, asin berwarna kuning, dan berbumbu pedas atau yang populer disebut dengan keripik balado.
Di antara ketiga jenis keripik ini, keripik balado adalah jenis yang paling populer dan dianggap paling khas karena rasanya yang pedas manis. Karenanya, terkadang orang salah kaprah dan menganggap keripik sanjai adalah keripik jenis balado.
Sebutan
Sanjai berasal dari nama sebuah jalan
atau daerah di bagian utara Kota
Bukittinggi. Jalan Sanjai ini terletak di Desa Manggis, Kelurahan
Manggis Gantiang Sanjai, Kota Bukittinggi. Munculnya sebutan ini tentu
bukan tanpa alasan.
Warga yang bermukim di sekitar Jalan Sanjai
ini memang rata-rata berprofesi sebagai pengrajin keripik singkong.
Tidak hanya itu, daerah Sanjai sendiri memang dipercaya sebagai daerah
asal muasal persebaran industri keripik singkong di Bukittinggi.
Menurut
sejarahnya, memang warga Sanjai yang pertama kali memproduksi jenis
keripik singkong di daerah sekitar Bukittinggi. Usaha keripik di Jalan
Sanjai ini diperkirakan mulai muncul sekitar tahun 1970-an.
Menurut
seorang pengrajin bernama Ibu Rosnita, awalnya hanya ada tiga orang
pengrajin yang mulai berjualan keripik singkong ini, yaitu Amai Malan,
Amai Seram dan Amai Terimalah. Mereka adalah tiga orang nenek yang
berjualan keripik singkong di Los Maninjau, Kawasan Pasar Atas,
Bukittinggi.
Kesuksesan usaha dari ketiga pengrajin ini
menginspirasi warga di kawasan Jalan Sanjai untuk ikut memproduksi
keripik Singkong. Karenanya, keripik singkong asal daerah ini di
kemudian hari terkenal dengan sebutan karupuak sanjai.
Seiring meningkatnya popularitas penganan ini sebagai oleh-oleh khas Bukittinggi, bermunculan pula produsen keripik singkong di daerah-daerah lain, bahkan hingga menyebar ke seantero ranah Minangkabau. Uniknya, nama sanjai pun akhirnya menjadi sebutan umum untuk jenis keripik singkong asal Bukittinggi ini.
Ibu Rosnita, pemilik usaha keripik sanjai bermerk 'Nipik', menyebutkan, dalam sekali produksi tempatnya dapat mengolah sekitar 15 karung singkong. Pengrajin yang juga cucu dari Anai Malan ini mengungkapkan, pada hari-hari biasa dirinya melakukan produksi tiga hari dalam seminggu. Akan tetapi saat musim liburan seperti Lebaran atau Natal tiba, produksi bisa setiap hari dari pagi hingga malam.
Pembuatan keripik singkong di Sanjai sebenarnya terbilang sederhana. Keripik berwarna kuning yang bercitarasa asin dibuat dengan merendam potongan keripik singkong dalam bumbu campuran kunyit, bawang putih, dan garam, sebelum digoreng.
Adapun keripik singkong pedas dibumbui dengan saus gula yang dibuat dari cabai, bawang merah, bawang putih, dan gula pasir. Saus gula ini dioleskan pada permukaan keripik yang telah digoreng dengan menggunakan kuas, kemudian dikeringkan.
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar